Falsafah kepelatihan
Lahirnya seorang juara tidak dapat terlepas dari perana pelatih. Atlit
dengan bakat pembawaannya merupakan modal dasar lahirnya seorang juara.
Persaingan ketat dalam olahraga dewasa ini telah melibatkan para ilmuwan
dari berbagai disiplin ilmu. Sehingga untuk dapat memenangkan
pertandingan tidaklah cukup bermodalkan bakat saja dan mutlak diperlukan
bantuan dari berbagai disiplin ilmu dan pelatih adalah pemegang
utamanya.
Bakat sebagaimana telah disinggung dimuka merupakan
variable yang memungkinkan seorang atlit mencapai prestasi tinggi dalam
cabang olahraga tertentu. Bakat individu tidak akan berkembang apabila
tidak diberi kesempatan berkembang. Dengan hanya memiliki bakat individu
tidak akan berkembang mencapai prestasi puncak apabila tidak diberi
perlakuan-perlakuan secara intensif dan benar. Sesuai teori konvergensi
perkembangan individu akan ditentukan oleh factor perlakuan serta
pengaruh-pengaruh dari luar.
Penampilan seorang atlit dapat di tinjau dari 4 dimensi al :
(1) Dimensi Kesegaran Jasmani
(2) Dimensi Keterampilan
(3) Dimensi bakat pembawaan fisik
(4) Dimensi psikologik
Maka dari itu seorang Pelatih harus memperhatikan ke 4 hal tersebut,
dan memerlukan kerjasama dengan ilmuwan berbagai disiplin ilmu,
disamping tugas pokonya meningkatkan ketrampilan dalam segii tehnik,
taktik, dan strategii pertandingan.
Falsafah Dasar
Kepelatihan merupakan usaha atau kegiatan memberi perlakuan
(treatments) untuk membantu atlit agar pada akhirnya atlit dapat
mengembangkan diri sendiri dan meningkatkan bakat kemampuan,
ketrampilan, kondisi fisik, pengetahuan, sikap-sikap, penguasaan emosi
serta kepribadian pada umumnya.
Dalam olahraga atlit diharapkan
dapat berbuat sebaik-baiknya yang berarti kemampuan pribadinya dapat
berfungsi baik dalam suatu tingkat integritas tertentu dan menunjukkan
kematangan emosional serta dapat menguasai diri.
Pendapat para
ahli pada umumnya menunjukkan kecenderungan yang sama yaitu bahwa
olahraga dapat memberi dampak positif pada individu seperti peningkatan
tanggung jawab, kejujuran dalam bermain, memperhatikan orang lain,
kepemimpinan, menghargai para pelatih, wasit, dan pembina, setia,
toleransi, disiplin yang akhirnya dapat diharapkan menjadi warga negara
yang baik.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi semakin
meningkat, perkembangan masyarakat selalu meningkat dan tuntutan pemuda
juga selalu meningkat. Ini semua harus mendapatkan perhatian para
pelatih agar tidak tertinggal dalam upaya berlomba mencapai prestasi
setinggi-tingginya. Disamping itu perkembangan masyarakat dan pemuda
harus dipahami agar perlakuan-perlakuan dan latihan-latihan yang
diberikan sesuai dengan keadaan, tuntutan dan kebutuhan. Melalui
kegiatan olahraga diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap
perkembangan pribadi atlit, disamping upaya peningkatan prestasinya.
Kepribadian Pelatih
Keberhasilan pembinaan atlit akan sangat ditentukan hasil interaksi
antara pelatih dan atlit yang dibina. Sehubungan itu setiap pelatih
harus memahami siifat-sifat kepribadian atlitnya, disamping itu tiap
pelatih juga harus memahami sifat-sifat pribadinya sendiri agar dapat
menyesuaikannnya pada waktu berinteraksi dengan atlit yang memiliki
sifat intravert dan ektravert, sifat terbuka dan senang bergaul dengan
orang lain.
Berhasilnya pembinaan tidak hanya tergantung dari
kesediaan atlit menyesuaikan diri dengan sikap dan kemauan pelatih
tetapi juga tergantung pada kemampuan pelatih, menyesuaikan sikap dan
tindakannya terhadap sifat-sifat kepribadian atlit yang dibinanya.
Pelatih harus memahami cara-cara yang tepat untuk menimbulkan motivasi
atlit, sehingga akhirnya dengan kemauan sendiri atlit berusaha mencapai
target yang ditetapkannya, untuk mencapai prestasi lebih tinggi,
memenangkan pertandingan dan memecahkan rekor sendiri.
Setiap pelatih
perlu memahami sifat-sifat kepribadiannya sendiri untuk dapat menyadari
kelemahan-kelemahannya dan selanjutnya berusaha mengatasi kelemahan
tersebut. Pada hakekatnya tidak ada manusia yang sempurna, juga pelatih
harus menyadari bahwa upaya untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada
dirinya selalu perlu dilakukan oleh seorang pelatih untuk mencapai
prestasi atlit yang dibinanya.
Sikap Pelatih Menghadapi Atlit
Sikap harus positif-proaktif, penuh tanggung jawab terhadap kemajuan
atlit dan dilandasi optimisme bahwa atlit yang dibina akan selalu mampu
meningkatkan prestasi dibawah bimbingannya. Setiap pelatih harus
mempunyai falsafah yang jelas mengenai : (1) Apa yang akan dilakukan (2)
Mengapa hal tersebut perlu dilakukan (3) Bagaimana melaksanakan dengan
memahami segala kemampuan dan kekurangan atlitnya serta memperhatikan
kemungkinan dampak-dampak positif atau negatif yang dapat terjadi.
Hal diatas tidak mudah dilakukan dan memerlukan pengalaman yang perlu
dipahami yaitu bahwa kepelatihan bukan hanya bahwa upaya meningkatkan
pengetahuan, kemampuan fisik dan ketrampilan tetapi meliputi juga
perkembangan motivasi, sikap, dan kepribadian atlit.
Tugas dan Peranan Pelatih
Setiap pelatih harus selalu sadar dan memahami sasaran yang ingin
dicapai dan tujuan akhir suatu latihan untuk meningkatkan prestasi dan
sedapat mungkin mendapatkan kemenangan dalam pertandingan. Hal ini
penting namun pelatih hendaknya menyadari pula bahwa yang lebih penting
lagi adalah peningkatan prestasi atlit serta perkembangan pribadi atlit.
Kemenangan dalam suatu pertandingan bukanlah akhir sebuah perjalanan
seorang atlit karena setiap kemenangan atau kekalahan merupakan awal
dari suatu perjalanan untuk menghadapi kemenangan atau kekalahan
berikutnya.
Banyak pelatih mengharapkan kemenangan bagi atlitnya
dalam waktu pendek. Hal ini kadang-kadang tidak menguntungkan dan bisa
berbahaya kalau dasarnya kurang kuat.Sehingga perkembangan selanjutnya
justru merugikan atlit yang terlalu cepat dipacu untuk menang dan untuk
mencapai kemenangan sering sekali diberi latihan yang melebihi
kemampuannya. Cara seperti ini dapat menimbulkan akibat ” over training ”
dan pada akhirnya atlit mengalami kejenuhan untuk berlatih dan berhenti
sebagai atlit sebelum mencapai umur ideal untuk bisa berprestasi
setinggi-tingginya. Gejala semacam ini disebut ” burn out ” yaitu atlit
dipacu atau diberi latihan berlebihan dengan harapan cepat matang
sebagai juara, sedangkan secara fifik dan mental atlit yang bersangkutan
belum siap.
Pengertian tentang ” golden age ” untuk tiap-tiap
cabang olahraga perlu dipahami agar dapat mebuat erencanaan latihan
secara teratur, terarah, berkesinambungan untuk mencapai prestasi
setinggi-tingginya pada usia ideal atlit dengan memanfaatkan seluruh
potensinya. Untuk itu semua jelas dibutuhkan pendekatan individual agar
memahami kemampuannya dan sifat-sifat atlit yang dibina.
Sehubungan dengan upaya menyiapkan atlit untuk mencapai prestasi
setinggi-tingginya dibutuhkan pengetahuan mengenai psokologi atlit untuk
bisa memahami gejala tingkahlakunya untuk bisa memberikan perlakuan
setepat-tepatnya.Menurt Singer (1984) ada beberapa alasan mengapa
seorang atlit berhenti dan tidak melanjutkan aktivitas olahraga yaitu
disebabkan :
(1) Kegiatan yang menjemukan
(2) Kegiatan yang kurang menimbulkan tantangan rangsangan
(3) Kegiatan tidak menyenangkan
(4) Pengalaman yang didapat dalam kegiatan menimbulkan frustasi dan kekecewaan
(5) Para atlit merasa takut gagal
(6) Para atlit merasa takut untuk sukses
(7) Para atlit tidak mendapatkan pengakuan
(8) Para atlit tidak menetapkan sasaran capaian secara realistis yang ingin dicapai terlalu tinggi
(9) Sistem penunjangnya (keluarga, teman, pelatih) terlalu lemah
Untuk dapat melakukan tugas dan peranan pelatih dengan sebaiknya
maka beberapa hal dibawah ini perlu mendapat perhatian yaitu :
(1) Menciptakan komunikasi yang sebaik-baiknya antara pelatih dengan atlit
(2) Memahami watak, sifat-sifat, kebutuhan dan minat
(3) Pelatih harus menjadi motivator
(4) Membantu atlit dalam memecahkan problem-problem yang dihadapi.
Atlit adalah orang yang selalu dihadapkan kepada permasalahan baik
permasalahan mengejar prestasi, menghadapi tekanan lawan maupun
penonton, kemungkinan mengalami kegagalan dan sebagainya. Sehubungan
dengan itu maka selalu harus dipikirkan bagaimana menyiapkan atlit agar
matang dalam menghadapi pertandingan-pertandingan. Belajar mengatasi
stres merupakan hal yang sangat penting agar dapat memiliki kematangan
sebagai juara.
Permasalahan-permasalahan yang bersifat tehnis
maupun pribadi selalu dihadapi atlit dan untuk itu pelatih harus selalu
peka dan selalu memperhatikan keadaan dan perkembangan individu atlit
yang dibina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar